Minggu, 13 November 2011

sejarah perkebunan tebu

Minggu, 13 November 2011 |
EJARAH kelabu bangsa Indonesia tak bisa dilepaskan dari peristiwa G-30-S/PKI. Kejadian tragis pembantaian massal yang terjadi di sebagian besar Tanah Air, terutama di Pulau Jawa, begitu kental menyimpan cerita yang mengharu biru.
Tak terkecuali yang terja di di Jombang-Kediri, Jawa Timur, yang hampir terlupakan. Lewat penelusuran yang gigih dalam mengungkap fakta sejarah itu, penulis Hermawan Sulistyo berhasil merekonstruksi pembantaian massa tersebut.
Penulis buku ini memulai isi bukunya dengan mengupas latar belakang sejarah tragedi horor dalam peristiwa G-30-S/PKI. Untuk dapat menjelaskan  setting in life terjadinya horor berdarah itu, penulis menguraikan istilah Gestapu (Gerakan September Tiga Puluh) dan Gestok (Gerakan Satu Oktober), revolusi belum selesai, prolog Gestapu,
akumulasi peristiwa penting dan ketegangan di kalangan angkatan bersenjata dan PKI, serta peristiwa pembunuhan massal pasca-Gestapu.
Bab pertama, misalnya, ditutup dengan pemaparan tabel perkiraan jumlah korban meski tanpa analisis dan penjelasan mengapa data itu perlu
dilampirkan. Mungkin penulis hanya memberikan gambaran dan membuka kesempatan agar pembaca mencari kesimpulan atau mengonfirmasi
ulang dan mengkaji untuk kepentingan ilmiah lain.
Bab kedua diuraikan historiografi Gestapu, siapa pelaku utama. Menurut
penulis, ada lima skenario pelaku utama Gestapu. Pertama, pelaku utama
peristiwa Gestapu adalah PKI. Kedua, Gestapu terjadi karena masalah internal dalam tubuh angkatan darat. Ketiga, Soekarno adalah tokoh yang
bertanggung jawab di balik semua horor berdarah itu. Keempat, Soeharto dianggap sebagai figur sentral di balik Gestapu. Kelima, tak luput juga disebutkan jaringan intelijen dan CIA ikut beroperasi di balik peristiwa berdarah itu.
Yang menarik dari buku ini, penulisnya juga melengkapi beberapa wacana dan diskursus sebagai pertimbangan studi ilmiah berkaitan dengan siapa dalang dan pelaku utama Gestapu. Sumber-sumber dan penelitian ilmiah terkait dengan Gestapu dan diakhiri dengan pengukuhan argumentasi bahwa horor dan pembantaian massal yang terjadi serentak di seluruh Indonesia adalah sejarah yang hilang entah ke mana. Di mana sumber-sumber tertulis itu disimpan pun tidak diketahui.
Peristiwa Gestapu sudah terjadi, tapi seakan pada sesi ini kita berada di lorong zaman batu di kala masyarakat Indonesia masih hidup dalam
kegelapan.
Pada bagian lain, setting in life perkebunan tebu di Jombang-Kediri menunjukkan ladang tebu berlumuran darah oleh para pelaku bersarung
pu tih. Secara emosional, pasti Anda akan terlibat mengambiljarak yang ‘menggetarkan’ karena penulis berhasil menghadirkan ‘film horor’ dalam
tulisannya.
Buku yang dibagi dalam tujuh bab tersebut mengalir cukup lancar, membawa pembaca kepada halaman masa lampau dengan gaya bahasa
yang naratif-deskriptif. Analisis terhadap data dan uraian serta penjelasan yang disertakan penulis dalam mendukung tulisan pun tampak
te rasa cukup argumentatif dan logis. Sebuah karya yang bisa menjadi bukti sekaligus pembelajaran sejarah, bahwa bangsa ini pernah mengalami
peristiwa politik yang menakutkan. (John Kerans/M-1)


Related Posts



0 komentar:

Posting Komentar

Author

Foto Saya
bowo setiawans9@gmail.com
Lihat profil lengkapku

trafic blog

Pengikut

 

Daftar Blog Saya

Copyright © perkebunan | Powered by Blogger | Template by Blog Go Blog